Sumber: Investor.id
JAKARTA, investor.id - Transformasi digital perbankan membawa efisiensi serta daya jangkau yang jauh lebih luas dibandingkan pendekatan operasional konvensional. Melalui transformasi digital, industri perbankan Indonesia bisa lebih menjangkau 64,2 juta UMKM yang merupakan 99,99% dari seluruh pelaku usaha di Indonesia.
Demikian rangkuman dari webinar hybrid yang digelar Bank Indonesia (BI) bekerjasama dengan Intellectual Business Community (IBC) serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BMPD DKI Jakarta, yang diselenggarakan di gedung Mula, Kota Tua, Jakarta (18/11). Webinar hybrid ini membahas tema “Transformasi Digital Bank Untuk Mendukung UMKM Indonesia”.
Nara sumber utama yang menghadiri acara ini meliputi Fitria Irmi Triswati, Group Head Sistem Pembayaran Ritel/Direktur BI; Onny Widjanarko, Kepala Kanwil BI Provinsi DKI Jakarta; Dhani Gunawan Idat, Kepala Kantor Regional 1 OJK Provinsi DKI Jakarta dan Banten; Bayu Prawira Hie, Direktur Eksekutif IBC; Amirul Wicaksono, Direktur Teknologi dan Operasional Bank DKI serta Yayah Diasmono, Direktur Utama Bank Kalteng. Hadir pula Dadang Solihin, Deputi Gubernur DKI Bidang Kebudayaan dan Pariwisata dan Faransyah Agung Jaya, pendiri Yayasan Wiranesia, yang menjadi penanggap.
Onny Widjanarko menyampaikan, BI telah melakukan langkah-langkah strategis dalam digitalisasi sistem pembayaran. Tujuannya untuk memudahkan dan membuat pembayaran menjadi murah, antara lain dengan QRIS dan BI Fast. Hal ini akan membantu para UMKM yang berjumlah 64,2 juta untuk melakukan transaksi secara murah, mudah, dan cepat.
Sementara itu, Dhani Gunawan menegaskan komitmen OJK kepada UMKM dengan pengembangan ekosistem ekonomi dan pembiayaan digital. Yayah Diasmono membagikan pengalaman bagaimana transformasi digital Bank Kalteng membawa manfaat bagi UMKM dalam ekosistem Kebun Sawit, serta Amirul Wicaksono menegaskan komitmen terhadap UMKM yang secara eksplisit ada dalam misi Bank DKI.
Sedangkan Bayu Prawira Hie mengingatkan bahwa untuk mendukung UMKM melalui digitalisasi, bank perlu melakukan transformasi digital terhadap dirinya dulu. Bayu yang merupakan doktor Transformasi Digital pertama di Indonesia mengangkat penilaian kematangan digital bank di Indonesia yang masih rendah menurut penilaian OJK dalam Cetak Biru Perbankan Indonesia.
Hal utama yang perlu diperbaiki dari 6 dimensi kematangan digital bank adalah dimensi Institusional yang mendapat nilai 46/100, sebagai pendorong terhadap 5 dimensi lainnya. Bayu membagikan e-book “Panduan Transformasi Digital Bank di Indonesia” setebal 260 halaman yang ditulisnya sebagai panduan bagi bank dalam meningkatkan dimensi Institusional tersebut. Tak lupa ia mengingatkan untuk setiap bank juga harus segera membuat Cetak Biru Transformasi Digital masing-masing.
Dadang Solihin memberikan tanggapan bahwa visi transformasi digital bank di Indonesia harus mengedepankan ketahanan ekonomi nasional, antara lain mendukung UMKM yang membuat dan menjual produk lokal diberi prioritas. Faransyah menyampaikan pentingnya partisipasi masyarakat untuk ikut mendidik kemampuan digital UMKM.
Sebagai penutup Onny Widjarnako menambahkan “BI berkomitmen mendukung UMKM melalui sistem digitalisasi sistem pembayaran, hal ini secara tegas disampaikan dalam Blue-Print Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025 yang dibuat oleh BI. Oleh karenanya semua bank juga perlu menyelaraskan dengan SPI 2025 agar bersama-sama dengan BI mendukung UMKM Indonesia”.
Editor : Frans (ftagawai@gmail.com)
Comments