top of page
Search
Writer's pictureDadang Solihin

Bukan Museum, TBS Jatinegara Harus Transformasikan Spirit Benyamin Sueb ke Milenial

Sumber: Kosadata

Tugas TBS adalah itu, maksudnya mentransformasi spirit seorang legend, bukan sekedar majangin jamnya Benyamin, sepatunya Benyamin. Beni Pandawa Benyamin, Anak Benyamin S

KOSADATA – Anak ke lima Benyamin Sueb, Beni Pandawa Benyamin mengatakan, alamrhum ayahnya sebagai tokoh seniman Betawi merupakan sosok yang lahir dalam keterbatasan. Namun demikian, dirinya bangga lantaran tokoh yang dikenal kekinian berperan sebagai babe dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan itu menjadi salah satu legenda Betawi tersohor hingga manca negara. Hal itu disampaikan Beni saat kegiatan audiensi dengan Deputi Gubernur DKI bidang Budaya dan Pariwisata Dadang Solihin bersama sejumlah stakeholders mulai dari Pemerintah, akademisi, praktisi seni, praktisi film, komunitas penjual batu akik dan yang lainnya pada Rabu (24/11) kemarin di Taman Benyamin Sueb, Jatinegara, Jakarta Timur. “Benyamin S itu artis yang lahir bukan dalam kondisi ideal, Benyamin S itu yatim yang kalau bisa di bilang keadaan ekonominya tidak terlalu, bukan orang kaya jaman dulunya, terus cita-citanya mandek di tengah jalan, pingin jadi pilot tapi dilarang sama emaknya. Artinya itu, saya ingin menceritakan bahwa Benyaim S itu legenda penuh dengan keterbatasan, tapi ko jadi legend,” ujar Beni dikutip pada Kamis (25/11/2021). Beni berharap, Taman Benyamin Sueb (TBS) bukan sekedar tempat penyimpanan barang-barang mendiang ayahnya saja, melainkan dapat mentransformasikan semangat Benyamin S dari sosok seniman rakyat hingga menjadi seorang legenda. Menurutnya, TBS harus menjadi insprirasi bagi generasi pelanjut “Tugas TBS adalah itu, maksudnya mentransformasi spirit seorang legen, bukan sekedar majangin jamnya Benyamin, sepatunya Benyamin. Itu memang penting tapi tidak menjiwai sebuah perjuangan. Mungkin sekali waktu kita buat acara interpretasi anak muda terhadap Benyamin,” katanya.

Lebih lanjut Beni menyampaikan bahwa ada tiga hal penting yang ia ambil dari semangat keBenyaminan yang harus ditiru generasi selanjutnya. Ketiga hal itu ia namai Tri Sukses generasi penerus. Yaitu Alim Fakih, Berbudi pekerti yang luhur dan Mandiri. “Nah kejiwaan yang ini lah yang harus kita bangun dari ketokohan Benyamin Sueb. Alim itu pasti harus berketuhanan kan, pasti Pancasilanya. Fakih artinya melakukan sesuatu harus punya ilmu, kata Babe mau jadi penyanyi tidak tahu not tapi tahu nada. Berbudi pekerti yang luhur yaitu berilmu dilandasi dengan jiwa yang mulia. Mandiri berkaitan dengan ekonomi kreatif, mereka dengan kreasinya bisa menjual jasanya,” ucapnya. Beni menyampaikan bahwa dirinya tidak sepakat jika TBS dimaknai sebagai Museum. Menurutnya, kehadiran TBS harus memberikan nilai sejarah yang implementatif dan bermanfaat bagi kehidupan era digital seperti saat ini. Ia mengatakan, pihaknya pernah berdiksusi dengan praktisi sejarah dan museum sehingga paradigma museum sebagai tem[at menyimpan benda sejarah tidak cocok disematkan ke TBS. “Kenapa diberi nama TBS, karena memang pemikiran kita semua melalui SWOT kemarin engga bisa dibikin Museum. Artinya, memang kemarin itu kumpul orang –orang museum udah kita undang segala macam, Museum itu orang berfikir (mohon maaf) seperti kuburan, museum itu tempatnya barang-barang yang sudah menjadi koleksi,” ucapnya. “Orang datang cuman bisanya mengenang, melihat gitu kan dan benda-benda yang sudah jaman dulu, dan itu sulit untuk dirubah, itu udah jadi mindsett yang namanya museum adalah tempat penitipan barang barang sejararah atau pra sejarah,” lanjutnya. Beni yang hadir mewakili keluarga Benyamin Sueb itu meyakini bahwa Pemerintah sebetulnya sudah menyiapkan anggaran perawatan atas barang-barang peninggalan ayahnya yang saat ini tersimpan di TBS. Namun ia serta seluruh keluarga besarnya menyatakan sudah sangat ikhlas menyerahkan barang-barang tersebut untuk dirawat dan dikelola oleh pemerintah DKI Jakarta. “Nah, cita-cita mulianya TBS tidak seperti itu. Memang ada museumnya, sekarang sudah dibangun sama Pemda di situ disiapkan tempat dan kami keluarga juga benar-benar ikhlas lillahi ta’ala barang-barang babe engga ada tuh yang istilahnya kita hargain, misalnya arlojinya tolong bayarin sejuta, sepatunya kagak, kita benar-benar menghibahkannya kepada negara,” imbuhnya. Bahkan dari pemerintah sendiri malah nanyain ke kita dan keluarga tolong dong kasih harganya. Nah ini artinya kita punya budget perawatan, mohon maaf saya ceritain ini supaya sama-sama kita asbabu nujulnya,” tandasnya.

0 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page