Sumber: Kosadata
Kalau kita baca ya bagaimana kita menghadapi VUCA, salah satunya adalah organisasi, pengusaha atau siapapun, leadernya itu harus memiliki visi yang jelas. Kalau engga punya visi, hancur tuh oleh VUCA Dadang Solihin, Deputi Gubernur DKI
KOSADATA – Smart Government merupakan salah satu elemen dasar yang harus dipenuhi untuk mewujudkan Smart City. Secara umum, Smart Government adalah istilah yang merujuk pada pengimplementasian ICT pada layanan publik di bidang pemerintahan secara efektif. Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Budaya dan Pariwisata, Dadang Solihin mengatakan bahwa fenomena Volatile, Uncertain, Complexity and Ambiguity (VUCA) menuntut pemerintah untuk menerapakan sistem yang efektif dengan mengimplementasikan Information and Communication Technologies (ICT) atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TKI). Hal ini disampaikan Dadang dalam Kuliah Tamu Pemerintahan Cerdas (Pemdas) Program Studi Magister Teknologi Informasi (MTI) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia di Jakarta beberapa waktu lalu. “Jadi ini kita akan masuk ke era disruption. Disruption itu adalah hukum alam yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang sudah usang, pasti akan punah karena terjadinya volatile atau bergelombang Kemudian Uncertain atau tidak jelas, tidak pasti. Kemudian complexity alias sangat kompleks permasalahannya, kemudian ambigu ya,” ujar Dadang di Jakarta, Minggu (21/11/2021). “Nah itu penyebabnya kenapa harus smart government. Caranya, ini menurut saya lho ya bukan kata siapa-siapa, penyebabnya itu karena VUCA, caranya untuk menjalankan smart government itu dengan mempergunakan yang namanya dynamic governance,” sambungnya.
Lebih lanjut Dadang menuturkan, Dynamic Governance yang dicetuskan Prof. Boon Siong Neo dari Singapura terdri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah Thinking ahead yaitu berfikir jauh ke depan, Thingking across dan Thingking Again. Menurutnya, visi pemerintahan yang berkaitan dengan smart government itu harus jelas. “Kalau kita baca ya bagaimana kita menghadapi VUCA, salah satunya adalah organisasi, pengusaha atau siapapun, leadernya itu harus memiliki visi yang jelas. Kalau engga punya visi, hancur tuh oleh VUCA,” tegasnya. Lebih lanjut Sekretaris Jenderal Ikatan Keluarga Alumni Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) DKI Jakarta ini menjelaskan, tahap kedua dari konsep dynamic governance adalah Thinking across. Ia mengungkapkan, bahwa dalam tahap ini, pemerintah tak perlu lagi mengulang sesuatu yang sudah ada. Tidak usah reinventing the wheels. Tidak usah menemukan lagi bahwa roda itu bulat, tidak usah, karena dari dulu sudah ketemu, jadi tidak usah dicari-cari, ambil saja sesuatu yang bagus, contoh istilahnya pakai ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi). Itu yang namanya good practices, nah itu thinking across,” ucapnya. Dalam tahap terakhir, Dadang mengungkapkan bahwa Thingking again merupakan proses evaluasi dalam rangka continous improvement, berbagai perbaikan untuk menerapkan smart government itu dengan cara dynamic governance.
Comments