Sumber: Kosadata
Misalnya saja Cashless, penerapan QRIS, penerapan CHSE itu sudah menjadi keharusan karena kalau tidak kita akan ditinggalkan oleh wisatawan Dadang Solihin, Deputi Gubernur DKI
KOSADATA – Deputi Gubernur DKI Bidang Budaya dan Pariwisata Dadang Solihin menegaskan bahwa VUCA (Volatile, Uncertain, Complexity and Ambiguity) menjadi tantangan serius pelaku usaha pariwisata di dunia, khususnya di Indonesia. Hal ini disampaikan Dadang saat menjadi pembicara pada diskusi bertajuk ‘JIPFest 2021 Momentum Kebangkitan Pariwisata Kota Tua Jakarta dan Indonesia yang dilaksanakan secara hibryd pada Rabu (24/11) kemarin. “Dampak VUCA terhadap pariwisata, disitu akan terjadi hukum alam yang namanya distruption. Jadi kalau kita tidak benchmarking ke negara lain, ke daerah lain kemudian kita juga tidak berinovasi, itu kita akan musnah akan hilang, sehingga pariwisata itu tantangannya adalah ditinggalkan oleh wisatawannya kalau kita tidak berinovasi,” ujar Dadang dikutip di Jakarta pada Jumat (26/11/2021). Lebih lanjut Dadang menuturkan bahwa pada era 4.0, transformasi digital harus diterapkan, termasuk pada sektor destinasi pariwisata. “Misalnya saja Cashless, penerapan QRIS, penerapan CHSE itu sudah menjadi keharusan karena kalau tidak kita akan ditinggalkan oleh wisatawan,” katanya. Dadang mengaku bersyukur lantaran saat ini ekonomi di Jakarta mulai bergeliat. Ia pun mewakili Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendukung gelaran JIPFest lantaran dapat mendongkrak dunia pariwisata di Jakarta.
“Syukur alhamdulillah kondisi sekarang sudah mulai normal, itu harus disyukuri berarti perekonomian mulai menggeliat,” imbuhnya. “Kemudian teman-teman dari JIPFest nanti akan melaksanakan kegiatan yang kedua, tentu saja Pemprov DKI sangat mendukung, sangat menghargai karena walau bagaimanapun kegiatan seperti inilah yang akan mendorong dan mendongkrak dunia pariwisata di DKI ini,” tandasnya. Sementara itu Direktur Festival JIPFest 2021 Cristian Rahardiansyah mengatakan, animo masyarakat terhadap gelaran ini sangat besar. Meskipun, kata Cristian, tidak sebesar pada periode pertama di tahun 2019. Cristian menyebutkan, walaupun JIPFest 2021 diberlakukan tiketing, namun hal itu guna mengontrol lalu lintas pengunjung agar tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Ia pun memastikan, acara JIPFest 90 persen gratis. “Kalau dibandingkan dengan tahun 2019 memang lebih kecil tapi kalau kita lihat animo publik cukup bagus ya ada beberapa program yang tiketnya laku dalam waktu singkat, habis, ada dalam waktu sejam habis, jadi kita lihat animo masyarakat tinggi,” kata Cristian. “Pada prinsipnya kegiatan JIPFest 90 persen gratis, adapun yang berbayar ada beberapa kegiatan seperti workshop. Terkait tiketing itu untuk mengotrol pengunjung pameran karena seperti di MULA ini dalam satu jam hanya boleh 14 orang masuk. Sistem slot yang kita berlakukan, seperti slot satu 14 orang dalam satu jam, kalau sudah habis waktunya dia harus pesan lagi slot berikutnya,” lanjutnya.
Ketua Yayasan Kota Tua Firman Haris menyampaikan apresiasi tehadap kegiatan ini. Bahkan, ia berharap waktu gelaran JIPFest diperpanjang alias tidak hanya dua minggu sebagaimana dijadwalkan saat ini. “Saya lihat banyak anak-anak milenial ini datang melihat, terus di lantai atas gedung ini kan ada mushola ya, pas waktu sholat jadi rame tuh, saya rasa wah ini tamu-tamu JIPFest nih, saya senang gedung ini jadi lebih hidup. Kemudian saya kemari ketemu Pak Cristian di Historia rame ya,” kata Firman. “Dengan adanya kegiatan ini jadi lebih hidup ya, jadi lebih rame ya dan terpenting prokesnya juga sangat ketat, nah ini keren. Kalau bisa waktunya diperpanjang jangan Cuma dua minggu lah ya karena ini merupakan signal positif di kawasan wisata sejarah,” tutupnya.
Comments