Ngobrol santai Wartawan Kabar Bappenas bersama Kang Dangsol yang sekarang bertugas di Pemda DKI
Jakarta 23 September 2020
Sumber: Slideshare
Dangsol, begitulah sapaan akrab pria kelahiran Bandung 6 November 1961 ini. Dadang Solihin memulai karier sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian PPN/Bappenas pada awal 1988. Sebelumnya, setelah menyelesaikan pendidikan Studi Pembangunan di Universitas Katolik Parahyangan Bandung pada pertengahan 1986, Dangsol sempat bekerja di proyek Bank Dunia sebelum mengabdi di Kementerian PPN/Bappenas. Walaupun bukan lulusan Perguruan Tinggi Negeri, Dangsol sangat percaya diri untuk membaur, tidak ada kata minder dalam kamus hidup pria yang kerap dijuluki “Si Akang” ini. “Seangkatan saya, mungkin cuma saya yang dari Perguruan Tinggi Swasta, selebihnya rombongan dari ITB, UI, Unpad, UGM, IPB. Di awal-awal, meskipun dari mana-mana, tapi kan saya lihat dia dari Bandung, Bogor, jadi teman semua lah. Dulu sih standard penerimaan CPNS Bappenas adalah TOEFL Score dan nilai Test Potensi Akademik (TPA), jadi walaupun alumni PTS pede aja lagi kalau nilai TOEFL dan TPA-nya tinggi,” kenangnya.
"walaupun alumni PTS pede aja lagi kalau nilai TOEFL dan TPA-nya tinggi,”
Kepercayaan diri tersebut juga datang dari bekal pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaan di Kementerian PPN/Bappenas. “Saya pendidikannya Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, S1-nya sesuai banget. Dulu tuh saya suka aneh, waktu di Unpar, saya suka disuruh dosen untuk mempelajari Repelita yang bukunya tebal-tebal. Membacanya juga ngantuk, isinya juga kata-kata dan angka tentang pembangunan. Jadi, waktu diterima di Bappenas, ya sesuai banget,” kelakarnya.
Sebelum bertugas di Bappenas, 57 orang seangkatan Kang Dadang pada awal Juni 1989 dikirim ke Pusdiklat Pegawai Departemen Penerangan di sekitar Pos Pengumben Jakarta Selatan untuk mengikuti Diklat Pra Jabatan selama satu bulan.
Kerja keras dan ketekunan Dadang mengantarkannya menempuh pendidikan S2 di University of Colorado at Denver pada tahun 1995-1997 jurusan Development Economics. Sekembalinya ke tanah air, ayah tiga orang anak ini menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II dan Desa Direktorat Regional Bappenas. Setelah dua tahun menjabat, Dangsol ditunjuk sebagai Kepala Sub Direktorat Pemberdayaan Aparatur Pemerintah Daerah. Ia mengemban jabatan di Direktorat Regional hingga 2002.
Usaha memang tidak akan mengkhianati hasil. Ketaatan dan prinsipnya untuk selalu mematuhi aturan berhasil membawanya ke posisi Direktur Sistem dan Pelaporan Evaluasi Kinerja Pembangunan Bappenas pada 2007. “Tentu saja, sebagai makhluk yang beragama, jangan lupa selalu beribadah karena hanya Allah pelindung kita. Ada berbagai aturan tentang PNS yang juga mengatur kita. Taati saja peraturan, pasti semua akan berjalan dengan baik. Bagi seorang PNS di Indonesia, apalagi teman-teman di Bappenas, K/L pusat, untuk mencapai level Eselon I dengan selamat tanpa ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi itu adalah suatu perjuangan yang luar biasa karena godaannya sangat besar,” kisahnya.
Belum genap setahun menjabat posisinya tersebut, ia mengajukan diri untuk menempuh pendidikan S3 Ilmu Pemerintahan di Universitas Padjajaran. Sembari menyelesaikan studi, pada 2008 kariernya berlanjut sebagai Direktur Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD). Ketekunan dan kerja keras menuntut ilmu sekaligus mengabdi pada bangsa dan negara terbayar saat Dangsol berhasil meraih gelar doktor di bidang Ilmu Pemerintahan di 2011.
Perjalanan karier pria yang gemar berolahraga ini juga diwarnai dengan segudang kiprah perencanaan pembangunan, mulai dari penyusunan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) V, Repelita VI, Program Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, hingga Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024. Tidak hanya itu, Dangsol berhasil menjadi peserta terbaik dalam pendidikan dan pelatihan kepempimpinan di Lembaga Administrasi Negara. Penghargaan Wibawa Seroja Nugraha sebagai lulusan terbaik juga disematkan Lembaga Ketahanan Nasional kepada pria yang sangat peduli terhadap dunia akademisi ini.
Kepeduliannya juga mengantarkan Dangsol menjadi Rektor Universitas Darma Persada, tempatnya mengajarkan ilmu, gagasan, dan pemikiran tentang ekonomi pembangunan, public administration, dan perencanaan kebijakan. Jabatan Rektor ini mencerminkan pengalamannya yang sudah malang melintang di dunia pendidikan tinggi. Dari arsip bisa kita lihat bahwa terhitung mulai tanggal (TMT) 1 Oktober 2004 Dangsol sudah mengantongi Surat Keputusan Mendikbud yang memberinya pangkat akademik Lektor Kepala, satu setrip di bawah Guru Besar.
"TMT 1 Oktober 2004 Kang Dangsol sudah mengantongi pangkat akademik Lektor Kepala"
Kegemarannya belajar dan membaca rupanya membuat Dangsol mulai tertarik dengan fakta bahwa sebuah budaya dapat diubah. Ia mencontohkan tentang perubahan budaya masyarakat Jepang, di mana dulunya bangsa Jepang adalah bangsa yang terkenal dengan sikap indisipliner dan kemalasan. Ternyata, budaya buruk tersebut dapat diubah dengan dibuatnya peraturan dan pemaksaan dari pemerintahnya. “Ada penulis Dr. Susy Ong dari UI, beliau menulis buku Shakai Kaizo - Seratus Tahun Reformasi Jepang dan buku Seikatsu Kaizen: Reformasi Pola Hidup Jepang. Buku-buku tersebut banyak mengulas tentang bagaimana revolusi budaya Jepang, bagaimana budaya itu diubah. Menurut Dangsol, bagaimana mengubah budaya itu bisa dengan tiga cara sederhana, misalnya how to learn, how to unlearn, and how to relearn,” jelasnya. Ketiga cara tersebut dimanifestasikan menjadi mempelajari budaya yang baik dari negara lain, membuang budaya yang buruk dari bangsa sendiri, dan menumbuhkan kembali budaya positif yang telah hilang ditelan zaman, seperti budaya gotong royong.
Ketertarikannya itulah yang memotivasi dirinya untuk mengikuti open bidding sebagai Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Budaya dan Pariwisata setelah lebih dari 7 tahun menjabat sebagai direktur di Kementerian PPN/Bappenas. Dangsol pun diangkat menjadi deputi pada September 2019 dan hingga kini menjalankan tugas kerja sama dalam bidang kebudayaan dan pariwisata dengan kedutaan besar negara lain, memimpin Tim Percepatan Penataan dan Pengembangan Kawasan Kota Tua, serta menjalin kerja sama di bidang kebudayaan dan pariwisata dengan para pemangku kepentingan penta helix, yaitu para akademisi, pebisnis, masyarakat, pemerintah, dan media.
Meskipun jabatannya kali ini berbeda dengan tugasnya selama di Kementerian PPN/Bappenas, Dangsol mengaku pengalaman bekerja di bidang perencanaan sangat membantu dalam tugasnya sekarang. “Misalnya, Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi, Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 2015 tentang Kepariwisataan, dan sebagainya, kita punya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang memuat dengan jelas tentang pembangunan budaya dan pariwisata. Kemudian ada Rencana Strategis oleh dinas yang menangani kebudayaan dan dinas yang menangani pariwisata. Itu semua sudah terencana, tinggal bagaimana kita mengawal program yang sudah direncanakan tersebut untuk mencapai tujuan tadi. Kebetulan di Bappenas juga saya lama menjadi Direktur Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah, jadi berpikirnya bagaimana mengevaluasi berdasarkan indikator-indikator kinerjanya,” jelasnya.
Saat ini, Covid-19 yang berdampak sangat besar pada sektor pariwisata menjadi salah satu tantangan utama Dangsol. Meski begitu, dengan pengalaman perencanaan mumpuni selama mengabdi di Kementerian PPN/Bappenas, ia tak lantas hanya melihat sisi kerugian yang harus ditanggung, tetapi juga melihat hikmah dari pandemi yang mampu menimbulkan dampak positif bagi pariwisata di masa depan. “Ketika Covid-19 ini, siapkan semuanya dengan new normal, adaptasi sebaik-baiknya dengan protokol covid. Kita siapkan juga destinasi wisata ketika nanti Covid-19 sudah tidak ada. Kan luar biasa, ternyata ini sekarang planet bumi sedang membersihkan diri. Polusi turun, pemanasan global turun. Itu suatu yang positif untuk pariwisata. Nanti, kita akan menemukan hal yang akan dimiliki kembali: destinasi-destinasi wisata yang bersih, segar dan alami,” urainya berbinar.
Dangsol berpesan untuk selalu melakukan perencanaan dengan mempertimbangkan fenomena disruption, sebuah hukum alam yang mengatakan bahwa yang sudah usang itu akan hilang dan jika sudah tidak diperlukan, itu akan musnah. Ada empat penyebab terjadinya disruption, yaitu kondisi Volatile, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity yang menggambarkan sesuatu yang pasti, yaitu ketidakpastian itu sendiri. “Jadi, bagaimana kita merencanakan sesuatu dengan dinamika yang tinggi banget. Jangan dokumennya yang itu-itu saja, tidak pernah direvisi, sementara dunia ini berubah. Seperti misalnya RPJMN, baru dibikin, lalu ada Covid-19. Kemudian Bappenas langsung membuat RPJMN rasa Covid-19, itu bagus,” pujinya.
Ia berharap, Kementerian PPN/Bappenas dapat menjadi institusi yang perannya selalu diperlukan negara ini untuk membangun bangsa, menuju cita-cita masa depan. “Bappenas harus menjadi sumber mata air perencanaan pembangunan bangsa ini. Jangan hanya merumuskan cita-cita bangsa dan negara, tapi bagaimana kita juga mengawalnya, malah bukan hanya mengawal, tapi juga memberikan bimbingan kepada teman-teman di pemerintah daerah sehingga cita-cita nasional itu tercapai dan semua itu rely on Bappenas supaya tidak terjadi disruption,” tutupnya.
Sumber: Kabar Bappenas Edisi III/2020
Comments