Sumber: Kosadata
Kalaupun tulisan Benyamin Sueb nya ditutup, engga akan ada yang nyangka ini kawasan Benyamin Sueb Budi Suyanto, Ketua Sekolah Multimedia Trisakti
KOSADATA – Presiden Trisakti School of Multimedia Budi Suyanto menilai perlu adanya pengkajian ulang terkait design konstruksi Taman Benyamin Sueb (TBS) agar lebih menjiwai karakter dari pemilik nama yang dikenal sebagai seniman rakyat asal Betawi tersebut. Menurutnya, gedung megah bernuansa kolonial itu jika hanya dijadikan tempat penyimpanan barang sejarah akan banyak menimbulkan hal kontradiktif. Demikian itu disampaikan Budi saat kegiatan audiensi dengan Deputi Gubernur DKI bidang Budaya dan Pariwisata Dadang Solihin bersama sejumlah stakeholders mulai dari Pemerintah, akademisi, seniman, praktisi film, komunitas batu akik dan yang lainnya pada Rabu (24/11) kemarin di Taman Benyamin Sueb, Jatinegara, Jakarta Timur. “Sosok Benyamin Sueb adalah sosok seniman rakyat, gaya bicaranya ceplas ceplos, artinya itu seniman rakyat yang harus diapresiasi. Tapi ketika ditempatkan disebuah gedung seperti ini, saya sudah bicara dengan Pak Encu UPK TBS, kayanya engga cocok deh, gedung ini terlalu megah untuk seorang Benyamin Sueb, gedung ini terlalu kolonialis seperti Belanda. Kalaupun tulisan Benyamin Sueb nya ditutup, engga akan ada yang nyangka ini kawasan Benyamin Sueb,” ujar Budi di Jakarta dikutip pada Kamis (25/11/2021). “Artinya butuh touching dari Pak Encu gitu ngundang konsultan dari arsitek atau apapun agar gedung ini bisa sedikit ‘diobati’ dengan sentuhan sentuhan budaya betawi atau Benyamin Sueb. Mungkin kalau ini Taman Raden Saleh masih mungkin ini karena Raden Saleh merupakan seniman bangsawan,” sambungnya.
Lebih lanjut Budi menyarankan agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadikan TBS seperti Taman Ismail Marzuki yakni dalam hal mengangkat semangat Benyamin Sueb sehingga banyak diminati bukan hanya wisatawan, melainkan juga seluruh seniman di Jakarta. Lebih dari itu, kata Budi, TBS harus memiliki daya pikat sendiri agar generasi digital seperti saat ini tertarik mengunjungi TBS. Misalnya, disiapkan acara nobar Film Benyamin S atau pagelaran lainnya dengan tetap mengacu pada kerangka ilmiah. “TBS mungkin bisa digerakkan menjadi seperti Taman Ismail Marzuki. Naming, hanya nama menggagas sebuah semangat dari sosok Benyamin Sueb karena dari sanalah muncul oh ini taman Benyamin Sueb ini keren, isinya apa, isinya tadi banyak budaya, keberagaman budaya yang ada di Jakarta,” katanya. “Tempat berkumpulnya komunitas – komunitas sehingga itu menjadi rumah bagi seniman Jakarta yang bisa tempat latihan, kemudian tempat pertunujukan mungkin tadi ada usulan juga untuk jadi Geleri, pameran seni rupa, pameran patung mungkin bahkan kalau bisa kita bikin acara nonton bersama film Benyamin mungkin karena daya pikat film Benyamin itu luar biasa,” lanjutnya. Budi menyarankan agar TBS mulai menampilkan film-film Benyamin Sueb. Bahkan, kata Budi, film-film berbasis budaya yang lain, film dokumenter, film festival, film yang tidak boleh ditayangkan di bioskop juga ditayangkan.” Tapi dalam kerangka ilmiah menurut saya silahkan diskusi gitu ya,” tegasnya. Budi menyampaikan bahwa ia bersama sejumlah mahasiswanya telah menyusungrafik standar manual terkait digitalisasi TBS. Hal itu sebagai upaya membranding TBS agar spiritnya konsisten dengan apa yang dicita-citakan. Bahkan, kata Budi, pihaknya secara sukarela telah menyiapkan akun Instagram TBS yang saat ini followersnya mencapai hampir seribu orang. Namun demikian, ia memastikan akan menyerah terimakan akun tersebut kepada pengelola TBS jika dibutuhkan dikemudian hari. “Dan yang menarik lagi bicara soal chanel media, teman-teman mahasiswa juga saya minta jangan Cuma ngomong doang langsung implementasi. Kita bikinin akun IG atas nama Benyamin Sueb, kita buatin berapa posting cukup banyak lah ya, secara oraganik udah hampir 1000 folowers nya,” imbuhnya. “Artinya sebenarnya TBS ini punya daya tarik, cuma belum punya IG, insya Alloh nanti kita akan serahterimakan Pak ya termasuk file-file ini jika memang berkenan untuk digunakan. Inilah bagian dari kontribusi kami di perguruan tinggi,” pungkasnya,” tandasnya. Sementara itu, Deputi Gubernur DKI bidang Budaya dan Pariwisata Dadang Solihin mengatakan bahwa diskusi tersebut jauh melebihi apa yang ia harapkan. Atas dasar itu, pihaknya akan menyampaikan sejumlah masukan dari stakeholers TBS kepada Gubernur DKI Jakarta. “Diskusi ini betul-betul melebihi ekspektasi saya, sangat luar biasa lengkap sekali, mudah-mudahan saran dan rekomendasinya bisa diwujudkan ketika kondisi Jakarta sudah makin aman dari Covid dan agak kendor dikit prokesnya. Dan sekali lagi kita harus terus mengikuti dan menyesuaikan dengan kemajuan teknologi dan perkembangan digitalisasi agar tidak terkena disrupsi,” kata Dadang.
Коментари